 
UIN Siber Cirebon (Depok) — Ajang ilmiah bergengsi Annual International Conference on Islam, Science and Society (AICIS+) 2025 mencatat sejarah baru dengan menembus rekor jumlah partisipasi tertinggi sepanjang penyelenggaraan. Sebanyak 2.434 abstrak dari 31 negara diterima panitia selama periode 4 Juli–15 Agustus 2025. Dari jumlah tersebut, hanya 261 abstrak yang lolos seleksi ketat dan diundang untuk dipresentasikan pada konferensi yang berlangsung di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok, pada 29–31 Oktober 2025.
Diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia bekerja sama dengan UIII, AICIS+ 2025 menjadi forum keilmuan internasional yang memadukan perspektif Islam, sains, dan masyarakat global. Tidak sekadar konferensi akademik tahunan, AICIS+ menjadi wadah strategis bagi para sarjana lintas benua—dari Asia, Eropa, Amerika, Afrika, hingga Timur Tengah—untuk berdialog dan mempertemukan gagasan keilmuan berbasis nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban.
Alumni Ushuluddin UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Tampil di Forum Ilmiah Dunia
Salah satu akademisi muda yang turut memperkaya forum bergengsi ini adalah Bustanul Karim, alumni Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUA) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon.
Bustanul mempresentasikan riset berjudul “Integrating Islamic Eco-Theology and Indigenous Wisdom in Environmental Conservation: An Ethnographic Study of Interfaith Practices in the Baliem Valley, Papua.”
Dalam penelitiannya, ia mengeksplorasi integrasi antara ekoteologi Islam dan kearifan lokal masyarakat adat Papua sebagai pendekatan etnografis dalam menjaga kelestarian lingkungan dan membangun harmoni lintas agama.
“Islam mengajarkan keseimbangan ekologis sebagai bagian dari ibadah. Di Papua, nilai-nilai ini berjumpa dengan kearifan lokal yang menghormati alam dan kehidupan. Keduanya bisa menjadi model kolaborasi lintas iman dalam pelestarian lingkungan,” ungkap Bustanul dalam sesinya.
Pendekatan yang diusungnya menampilkan wajah Islam yang moderat, ekologis, dan kontekstual, sekaligus menunjukkan bagaimana kajian Islam dapat menjawab tantangan global di bidang lingkungan dan keberlanjutan.
Dari Cirebon ke Kancah Dunia
Bustanul Karim merupakan penerima beasiswa Bidikmisi periode 2012–2016 di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon. Setelah itu, ia melanjutkan studi pascasarjana dengan beasiswa LPDP di Universitas PTIQ Jakarta, dan menjadi alumni Program Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal angkatan pertama. Pada tahun 2023, ia juga mendapat kesempatan short course di Universitas Al-Azhar, Kairo.
Kiprah akademiknya mencerminkan semangat pembelajaran seumur hidup (lifelong learning) serta dedikasi dalam mengembangkan kajian Islam yang berakar pada nilai-nilai keindonesiaan dan keterbukaan terhadap peradaban dunia.
Apresiasi dari Fakultas Ushuluddin dan Adab
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Dr. H. Anwar Sanusi, M.Ag., menyampaikan apresiasi dan kebanggaannya atas capaian tersebut.
“Partisipasi alumni dalam forum akademik internasional seperti AICIS+ merupakan bukti bahwa kualitas lulusan kita mampu bersaing secara global. Ini bukan hanya kebanggaan fakultas, tetapi juga inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus meneliti dan berkontribusi bagi kemanusiaan,” ujarnya.
Beliau menambahkan, keberhasilan alumni seperti Bustanul menjadi bukti nyata dari visi UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon untuk melahirkan sarjana Islam yang moderatif, adaptif, dan berdaya saing internasional, sekaligus memperkuat reputasi kampus di kancah akademik dunia.
Membawa Islam dan Ilmu untuk Kemanusiaan
Kehadiran alumni UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon di AICIS+ 2025 menegaskan komitmen perguruan tinggi ini dalam mendorong riset keislaman yang berbasis digital, dekolonial, dan berdampak sosial.
Melalui partisipasi ini, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon tidak hanya menunjukkan kiprah akademiknya di tingkat global, tetapi juga meneguhkan peran Islam sebagai sumber inspirasi bagi ilmu pengetahuan, perdamaian, dan keberlanjutan peradaban.
 
								