Dari Pesantren ke Panggung Nasional: Dua Akademisi UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Hadiri Simposium Nasional Guru Besar Alumni Bahrul Ulum Jombang

UIN Siber Cirebon (Jombang) — Dua akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon, Prof. Dr. Abdul Aziz, S.Ag., M.Ag., dan Dr. Iis Arifudin, M.Ag., turut ambil bagian dalam Simposium Nasional Guru Besar Alumni Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang, sebuah forum ilmiah bergengsi yang mempertemukan para tokoh nasional dan akademisi berlatar pesantren.(16/10).

Simposium yang digelar di kompleks Pondok Pesantren Bahrul Ulum pada Rabu, 15 Oktober 2025, ini menjadi wadah silaturahmi, pertukaran gagasan, serta penguatan peran pesantren dalam membangun peradaban bangsa.

Perjalanan ilmiah kedua akademisi tersebut dimulai sejak Selasa, 14 Oktober 2025, saat mereka berangkat dari Cirebon menuju Jombang dengan penuh semangat. Dalam perjalanan, keduanya berdiskusi tentang materi yang akan disampaikan serta merenungkan kontribusi pesantren dalam dunia pendidikan nasional.

Setibanya di lokasi, Prof. Abdul Aziz dan Dr. Iis Arifudin disambut hangat oleh panitia dan peserta. Suasana aula utama yang dipenuhi guru besar, kiai, akademisi, dan alumni dari berbagai daerah menciptakan atmosfer intelektual yang khidmat sekaligus akrab.

Dalam sesi utama simposium, Prof. Dr. Abdul Aziz, S.Ag., M.Ag., tampil sebagai narasumber kunci dengan orasi ilmiah bertema “Dari Pesantren ke Panggung Ekonomi Nasional dan Dunia: Kiprah Alumni Pesantren Bahrul Ulum dalam Membangun Peradaban Ekonomi Syari’ah.”

Dalam paparannya, ia menegaskan bahwa alumni pesantren memiliki potensi besar dalam membentuk tatanan ekonomi berbasis nilai-nilai Islam yang adil dan berkelanjutan.

“Pesantren bukan hanya pusat tafaqquh fiddin, tetapi juga lumbung etos kerja, integritas, dan inovasi yang harus menjadi fondasi dalam membangun ekonomi syariah di tingkat nasional maupun global,” tegas Prof. Aziz.

Sementara itu, Dr. Iis Arifudin, M.Ag., berperan aktif dalam diskusi panel bertema “Transformasi Pendidikan Pesantren dalam Era Digital.”

Dalam sesi tersebut, ia menyoroti pentingnya modernisasi metode pembelajaran di pesantren tanpa kehilangan nilai-nilai tradisi dan keilmuan klasik.

“Pesantren perlu mengadopsi teknologi sebagai sarana dakwah dan pendidikan, namun ruhnya tetap harus berpijak pada khazanah keilmuan Islam yang mendalam,” ungkapnya.

Selain menjadi forum ilmiah, simposium ini juga menghadirkan suasana silaturahmi dan nostalgia di kalangan alumni pesantren. Keduanya berkesempatan berdialog dengan para guru besar, kiai, dan generasi muda yang meneruskan perjuangan keilmuan pesantren.

Menjelang penutupan acara, Prof. Abdul Aziz dan Dr. Iis Arifudin menyampaikan apresiasi mendalam kepada panitia dan pengasuh pesantren atas penyelenggaraan simposium yang sarat makna. Mereka menilai kegiatan ini bukan sekadar forum akademik, tetapi juga ruang spiritual dan moral yang meneguhkan kembali komitmen pesantren terhadap pembangunan bangsa.

Perjalanan pulang pada Kamis, 16 Oktober 2025, menjadi momen refleksi bagi keduanya. Dengan membawa semangat baru, mereka bertekad untuk terus memperkuat jejaring pesantren, mengembangkan keilmuan Islam, dan berkontribusi nyata dalam pembangunan nasional melalui pendidikan berbasis nilai dan teknologi.