Delegasi UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Perkuat Silaturahmi dengan Diaspora Indonesia di Maroko  

UIN Siber Cirebon (Rabat, Maroko) — Setelah menyelesaikan agenda di Tunisia, delegasi UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon yang dipimpin Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. H. Ilman Nafi’a, M.Ag., bersama Prof. Dr. Hj. Septi Gumiandari, M.Ag., melanjutkan perjalanan akademik ke Maroko. Salah satu tujuan kunjungan adalah Ma’had Muhammad Assadis di Rabat, sebuah lembaga pendidikan tinggi yang berfokus pada studi Al-Qur’an dan Hadis.

Kunjungan Kamis (24/9) pukul 11.00 waktu setempat itu disambut hangat oleh Rektor Ma’had Muhammad Assadis, Prof. Dr. Abdul Rahim Al Amin, bersama Wakil Rektor, Prof. Dr. Muhamed Buchari. Dalam pertemuan resmi di ruang pimpinan, Prof. Ilman memperkenalkan UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon sebagai kampus Islam siber pertama di Indonesia, bahkan di dunia Islam.

Dengan gaya akrab, ia berseloroh dalam bahasa Arab: “Kampus kami bukan hanya kampus Islam siber pertama di Indonesia, tetapi mungkin juga di dunia dan akhirat.”

Candaan itu disambut tawa oleh pimpinan Ma’had, mencairkan suasana diskusi. Prof. Ilman kemudian menjelaskan dua model pendidikan di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon: program reguler (blended learning luring dan daring) serta program non-reguler berupa pendidikan jarak jauh (PJJ) full online. Rektor Abdul Rahim mengapresiasi inovasi ini, meski menegaskan bahwa model PJJ tidak dapat diterapkan di Ma’had Muhammad Assadis karena karakteristik materi yang menuntut pertemuan langsung.

Usai dialog resmi, rombongan diajak berkeliling kampus untuk melihat ruang kelas, perpustakaan, dan fasilitas akademik. Saat melewati beberapa ruang belajar, tampak sejumlah mahasiswa Indonesia. Prof. Ilman kemudian meminta izin untuk berdialog dengan mereka.

Di perpustakaan, suasana pertemuan menjadi lebih akrab. Delegasi tidak hanya bercakap-cakap santai dengan mahasiswa Indonesia di Maroko, tetapi juga menggali pengalaman diaspora Indonesia terkait tentang tantangan mereka dalam konteks adaptasi bahasa, budaya, biaya hidup, dan sistem akademik yang berbeda, sekaligus upaya menjaga identitas budaya dan keagamaan

Seorang dosen pendamping yang hadir turut memuji mahasiswa Indonesia. “Mereka bekerja keras, menjaga martabat budaya, dan mampu menjadi duta kecil kebudayaan Indonesia di sini,” ujarnya.

Menutup dialog, Prof. Ilman menyampaikan pesan motivasi: “Belajarlah dengan sungguh-sungguh. Suatu hari nanti, kalian akan kembali ke Indonesia bukan hanya sebagai alumni, tetapi sebagai tokoh besar yang ditunggu ulama dan masyarakat.”

Delegasi mencatat pentingnya mendokumentasikan temuan lapangan ini—khususnya pengalaman perempuan diaspora—sebagai bahan kajian untuk kebijakan pendampingan mahasiswa luar negeri, dukungan psikososial, serta kerja sama akademik yang lebih sensitif gender dan budaya.

Kunjungan ini tidak hanya memperkuat kerja sama antaruniversitas, tetapi juga menjadi momentum penting bagi UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon dalam merajut silaturahmi dan menggali realitas diaspora Indonesia di Maroko—sebuah kontribusi nyata bagi diplomasi pendidikan dan pemahaman lintas-budaya.