UIN Siber Cirebon — Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon menyelenggarakan kegiatan Kemah dan Literasi Budaya 2025 dengan mengusung tema “Budaya Kita, Tanggung Jawab Kita” pada Selasa, 25 November 2025, bertempat di Ruang Adipura Balai Kota Cirebon. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya penguatan kesadaran generasi muda terhadap pelestarian budaya dan pengembangan literasi kebudayaan.
Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan dari enam perguruan tinggi di wilayah Cirebon, masing-masing mengirimkan lima peserta untuk mengikuti rangkaian kegiatan Kemah dan Literasi Budaya yang akan dilaksanakan pada Selasa–Kamis, 25–27 November 2025, bertempat di Grafika Cikole, Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat.
Adapun keenam perguruan tinggi peserta kegiatan ini yaitu UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Universitas Swadaya Gunungjati, Politeknik Pariwisata Prima Internasional, Institut Prima Bangsa (IPB) Cirebon, Universitas Catur Insan Cendekia (CIC), dan Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon (STTC).
Dalam kegiatan tersebut, Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Aah Syafaah, M.Ag., didapuk sebagai pemateri dengan membawakan tema “Budaya Akademik dan Etos Intelektual: Membangun Tradisi Keilmuan yang Kritis dan Beretika.”
Dalam paparannya, Aah Syafaah menegaskan bahwa pendidikan tinggi bukan semata ruang transfer pengetahuan (knowledge transmission), melainkan arena strategis dalam pembentukan karakter ilmuwan. Menurutnya, kampus harus menjadi tempat tumbuhnya nilai-nilai kejujuran ilmiah, keberanian intelektual, dialog akademik yang sehat, serta penghormatan terhadap kebenaran.
Ia juga menekankan bahwa budaya akademik yang kokoh hanya dapat tumbuh ketika ilmu tidak diperlakukan sebagai komoditas administratif atau formalitas birokrasi, melainkan sebagai cahaya peradaban yang mampu menggerakkan perubahan sosial dan kemajuan umat manusia.
Lebih lanjut, di tengah perubahan drastis akibat digitalisasi, kecerdasan buatan, dan derasnya arus informasi, orientasi akademik perlu diarahkan ulang. Tantangan dunia akademik saat ini, menurutnya, bukan sekadar memperoleh informasi, tetapi memastikan informasi tersebut diolah melalui ketaatan terhadap etika akademik, integritas ilmiah, dan kejujuran intelektual.
“Dengan demikian, kualitas keilmuan tidak hanya ditentukan oleh akses terhadap pengetahuan, tetapi oleh sikap epistemik, moralitas, dan etos ilmiah yang dimiliki oleh civitas akademika,” tegasnya.
Kegiatan ini mendapatkan respons positif dari para peserta Kemah dan Literasi Budaya 2025. Antusiasme terlihat dari banyaknya pertanyaan dan diskusi yang berkembang selama sesi berlangsung. Acara kemudian ditutup dengan foto bersama sebagai simbol komitmen bersama dalam menjaga dan mengembangkan budaya serta tradisi keilmuan yang beretika.




