 
UIN Siber Cirebon (Depok) — Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon, Gumilar Irfanullah, M.Si., dari Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Ushuluddin dan Adab, menjadi salah satu presenter dalam forum akademik bergengsi Annual International Conference on Islamic Studies Plus (AICIS+) 2025 yang diselenggarakan di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok.(30/10).
Dalam sesi ilmiahnya, Gumilar memaparkan hasil riset bertajuk “Fatwa Ulama Penyelamat Negara: Dekolonisasi Paradigma Barat melalui Studi atas Fatwa Jihad Kifayah Ayatullah Ali al-Sistani di Irak.”
Penelitian ini mengulas secara mendalam peran fatwa ulama Syiah terkemuka, Ayatullah Ali al-Sistani, dalam menyelamatkan Irak dari ancaman kehancuran nasional akibat serangan kelompok teror ISIS pada 2014.
Fatwa sebagai Gerakan Intelektual dan Sosial
Dalam paparannya, Gumilar menjelaskan bahwa fatwa jihad kifayah yang dikeluarkan oleh al-Sistani bukan hanya seruan religius, tetapi juga representasi resistensi intelektual terhadap kolonialisme epistemik Barat yang selama ini mendominasi narasi politik global Timur Tengah.
“Fatwa al-Sistani adalah bukti bahwa otoritas keagamaan Islam masih memiliki kekuatan moral dan sosial untuk menjaga keutuhan negara serta mengembalikan martabat kemanusiaan,” ungkap Gumilar dalam forum yang dihadiri para akademisi dari 31 negara.
Ia menegaskan bahwa dekolonisasi tidak semata tentang menolak pengaruh Barat, melainkan membangun paradigma pengetahuan alternatif yang berpijak pada nilai-nilai keislaman dan pengalaman lokal umat Muslim.
Apresiasi dari Rektor UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon
Rektor UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Prof. Dr. H. Aan Jaelani, M.Ag., menyampaikan apresiasi atas kontribusi akademik Gumilar di forum internasional tersebut.
“Kehadiran dosen UIN Siber Syekh Nurjati dalam forum akademik internasional seperti AICIS+ merupakan wujud nyata komitmen kampus dalam membangun reputasi akademik global. Kajian seperti ini menunjukkan bahwa Islam memiliki kekayaan epistemologis yang mampu berdialog dengan dunia modern tanpa kehilangan akar keilmuannya,” ujar Prof. Aan
Dekan FUA: Kajian yang Kontekstual dan Berpihak pada Kemanusiaan
Sementara itu, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Adab, Dr. H. Anwar Sanusi, M.Ag., menilai bahwa riset yang dilakukan Gumilar sejalan dengan arah pengembangan keilmuan fakultas yang menekankan moderasi, kontekstualitas, dan semangat dekolonial.
“Penelitian ini tidak hanya relevan secara akademik, tetapi juga memperkuat posisi Fakultas Ushuluddin dan Adab sebagai pusat pengembangan ilmu keislaman yang berpihak pada kemanusiaan dan perdamaian,” ujarnya.
Meneguhkan Kiprah Akademik Global
Partisipasi Gumilar Irfanullah dalam AICIS+ 2025 memperkuat komitmen UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon untuk terus mengembangkan riset keislaman berbasis digital, kritis, dan dekolonial, serta memperluas jejaring kolaborasi ilmiah di tingkat nasional dan internasional.
Melalui keikutsertaan dosen-dosen muda seperti Gumilar, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menegaskan perannya sebagai pusat inovasi keilmuan Islam digital yang tidak hanya adaptif terhadap perubahan zaman, tetapi juga aktif dalam membangun wacana intelektual Islam yang humanis, inklusif, dan berdaya global.
 
								
