 
UIN Siber Cirebon — Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon mulai menapaki langkah serius menuju Kampus Zero Waste. Sejak akhir Agustus lalu, kampus ini resmi menerapkan program pemilahan sampah di seluruh area kampus—sebuah inisiatif kolaboratif antara civitas akademika, mahasiswa, petugas kebersihan, dan (LP2M) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. (28/10).
Langkah ini muncul sebagai jawaban atas meningkatnya volume sampah harian kampus yang selama ini belum tertangani secara optimal. Melalui gerakan ini, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon ingin menegaskan bahwa sampah bukan masalah, tetapi sumber daya potensial jika dikelola dengan benar.
Empat Jenis Sampah, Satu Tujuan Bersama
Program pemilahan sampah di kampus membagi limbah menjadi empat kategori utama:
- Sampah botol plastik (PET)
- Sampah plastik campuran
- Sampah organik (daun dan sisa makanan)
- Sampah duplek atau bekas kotak nasi
Melalui sistem ini, sampah yang sebelumnya menumpuk di tempat pembuangan kini mulai disalurkan untuk pengolahan lanjutan — sebagian dijual kembali untuk didaur ulang, sebagian lainnya diubah menjadi bahan kompos atau produk ekonomi kreatif.
Ketua Koordinator Gerakan Pemilahan Sampah, Siti Hamidah, menyebut bahwa ide ini lahir dari kegelisahan bersama.
“Setiap hari, volume sampah kampus meningkat, terutama dari plastik dan kotak nasi. Jika tidak segera ditangani, ini bisa menjadi ancaman lingkungan. Karena itu, kami memulai gerakan pemilahan sebagai langkah kecil menuju perubahan besar,” ujarnya.
Hasil Nyata: Volume Sampah Berkurang 50 Persen
Hasil evaluasi awal menunjukkan dampak yang nyata. Dalam dua minggu pelaksanaan, volume sampah residu berkurang hingga 50 persen.
Jika sebelumnya setiap titik kampus membutuhkan pengangkutan sampah dua hingga tiga kali per hari, kini cukup satu kali saja.
Selain mengurangi timbulan sampah, program ini juga memberikan manfaat ekonomi bagi para petugas kebersihan. Sampah botol plastik (PET) dijual seharga Rp3.000 per kilogram, sementara duplek kotak nasi bisa mencapai Rp1.500 per kilogram.
“Kami merasa terbantu. Lingkungan jadi bersih, dan kami juga mendapat tambahan penghasilan dari hasil pemilahan. Program ini harus terus berlanjut,” ujar salah satu petugas kebersihan kampus dengan wajah sumringah.
Langkah Menuju Kampus Zero Waste
LP2M UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menyatakan dukungannya penuh terhadap gerakan ini. Menurut Wakhit Hasyim, perwakilan LP2M, program ini akan diperluas ke tingkat fakultas dan unit layanan lain, sekaligus menjadi pondasi berdirinya Bank Sampah Kampus sebagai pusat edukasi dan pemberdayaan lingkungan.
“Kami yakin, cita-cita UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menuju Kampus Zero Waste bukan hal yang mustahil. Gotong royong antara mahasiswa, petugas kebersihan, dan pimpinan kampus adalah kuncinya,” ungkapnya.
Selain itu, tim inisiator juga tengah mengembangkan kampanye kesadaran lingkungan bertajuk “Pilah Hari Ini, Hijau Esok Hari”, yang akan melibatkan mahasiswa sebagai relawan dan duta perubahan melalui media sosial, pamflet edukatif, serta kegiatan pelatihan pengelolaan sampah berkelanjutan.
Dari Cirebon untuk Bumi
Gerakan ini menjadi bukti nyata bahwa komitmen terhadap keberlanjutan tidak harus dimulai dari proyek besar, tetapi dari langkah-langkah sederhana yang konsisten.
UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon kini tidak hanya dikenal sebagai kampus berbasis digital pertama di Indonesia, tetapi juga sebagai kampus yang peduli lingkungan dan berorientasi masa depan.
Dengan semangat kolaborasi dan kesadaran ekologis, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menegaskan tekadnya: dari kampus bersih menuju Kampus Zero Waste.
 
								

