Tadris Kimia UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Bahas Strategi Implementasi ASIIN dan AQAS dalam Pendidikan Kimia Berstandar Internasional

UIN Siber Cirebon — Program Studi Tadris Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon, sukses menyelenggarakan Studium Generale bertajuk “Towards a World-Class Chemistry Education Program: Lessons from ASIIN and AQAS and the Development of a Global Academic Culture.”(30/10).

Kegiatan yang digelar di lingkungan FITK ini menghadirkan narasumber utama Prof. Fitri Khoerunnisa, Ph.D., Ketua Program Studi Kimia FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, serta dihadiri oleh dosen dan mahasiswa dari Program Studi Tadris Biologi dan Informatika.

Menuju Akreditasi Internasional dan Budaya Akademik Global

Dalam paparannya, Prof. Fitri membahas secara mendalam konsep, kriteria, dan strategi penerapan akreditasi internasional ASIIN dan AQAS, dua lembaga akreditasi ternama di Eropa yang menjadi rujukan dalam pengembangan mutu pendidikan tinggi.

Menurutnya, ASIIN (Accreditation Agency for Degree Programmes in Engineering, Informatics, Natural Sciences and Mathematics) dan AQAS (Agency for Quality Assurance through Accreditation of Study Programmes) berlandaskan pada European Standards and Guidelines (ESG 2015) serta European Qualifications Framework (EQF) yang menekankan prinsip continuous quality enhancement, transparency, dan outcome orientation.

“Kedua lembaga ini menuntut setiap program studi untuk membangun sistem pembelajaran berbasis capaian (Outcome-Based Education/OBE) dan melakukan perbaikan mutu berkelanjutan (Continuous Quality Improvement/CQI),” jelas Prof. Fitri.

Delapan Kriteria ASIIN dan Tujuh Kriteria AQAS

Prof. Fitri memaparkan bahwa proses akreditasi internasional mencakup beberapa kriteria utama, di antaranya kesesuaian kurikulum dengan Learning Outcomes, sistem asesmen berbasis bukti (evidence-based assessment), efektivitas penjaminan mutu internal, keterlibatan pemangku kepentingan, serta penyusunan dua dokumen penting: Self-Assessment Report (SAR) dan Continuous Improvement Plan (CIP).

Kedua dokumen tersebut menjadi instrumen utama dalam membuktikan penerapan siklus quality assurance yang berkelanjutan, atau yang dikenal dengan konsep closing the loop.

“SAR yang baik bukan sekadar deskriptif, tetapi reflektif dan berbasis data. Sementara CIP adalah rencana tindak lanjut berbasis hasil asesmen dan audit mutu yang menunjukkan keseriusan program studi dalam menjaga mutu akademik,” tambah Prof. Fitri.

Bangun Budaya Mutu dan Internasionalisasi Prodi

Ketua Program Studi Tadris Kimia, Dr. Azmi Azhari, M.Si., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat kesiapan Prodi Tadris Kimia dalam menghadapi akreditasi internasional.

“Melalui kegiatan ini, kami berupaya membangun budaya mutu yang berorientasi global dengan mengacu pada standar ASIIN dan AQAS, sehingga Tadris Kimia dapat bersaing di tingkat internasional,” ujarnya.

Sementara itu, Dekan FITK UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Dr. H. Saifuddin, M.Ag., memberikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya kegiatan ini.

“Penerapan prinsip Outcome-Based Education dan Continuous Quality Improvement bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan bagi setiap perguruan tinggi yang ingin unggul dan diakui secara global,” tegasnya.

Diskusi Interaktif dan Inspiratif

Kegiatan yang dimoderatori oleh Indah Rizki Anugrah, M.Pd., berlangsung interaktif dan produktif. Para peserta aktif berdiskusi mengenai mekanisme akreditasi, penyusunan dokumen SAR dan CIP, hingga berbagi pengalaman universitas yang telah meraih akreditasi internasional.

Menuju Pendidikan Kimia Kelas Dunia

Melalui kegiatan ini, Program Studi Tadris Kimia FITK UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan mutu akademik dan memperkuat budaya riset. Upaya menuju akreditasi ASIIN dan AQAS menjadi langkah konkret dalam mewujudkan pendidikan kimia yang berstandar internasional dan berdaya saing global.

“Langkah kecil hari ini adalah pijakan menuju masa depan pendidikan tinggi Islam yang unggul, adaptif, dan diakui dunia,” tutup Dr. Azmi dengan penuh optimisme.